Share/Bookmark
Pundi-Pundi

Saturday, May 17, 2014

Pentungan di Karung Turner

Dari dongeng bahasa Inggris Grimm Bersaudara: “The Wishing - Table, The Gold-Ass, and The Cudgel at Sack”.

Kisah sebelumnya: Keledai Emas Miller

Semenjak diusir ayahnya Turner magang sebagai tukang bubut dan dia belajar paling lama daripada kedua kakaknya. Sebelum Turner pulang ke rumah saudara-saudaranya telah mengirimkan surat kepadanya tentang pemilik penginapan yang menipu mereka dengan mengambil hadiah terindah mereka pada malam terakhir sebelum mereka sampai di rumah. Dengan demikian, Turner perlu lebih berhati-hati bila menginap di tempat itu.

Ketika telah tiba waktunya pergi, majikan Turner juga memberinya sebuah hadiah. Dia diberi sebuah karung dan sebuah pentungan di dalam karung tersebut. Kata Turner: “Aku bisa membawa karung tetapi mengapa harus ada pentungan di dalamnya? Ini hanya membuatnya berat.”
Jawab bosnya: “Aku akan memberitahumu. Jika seseorang telah melakukan sesuatu untuk melukaimu, katakanlah ‘pentungan, keluar dari karung’. Maka, pentungan ini akan melompat keluar di depan orang itu dan segera memukul punggungnya sehingga dia tidak akan mampu bergerak selama seminggu. Pentungan ini juga tidak akan meninggalkan orang itu sampai kamu mengatakan ‘pentungan, masuklah ke dalam karung.”

Turner pun mengucapkan terima kasih kepadanya, menempatkan karung di punggungnya, dan ketika ada orang-orang yang datang terlalu dekat dengannya untuk menyerangnya, dia berkata: pentungan, keluar dari karung.” Maka, pentungannya langsung melompat keluar dan melucuti mantel atau jaket dari punggung mereka satu demi satu dan pentungan itu tidak berhenti sampai berhasil melucuti mereka semua. Bahkan, hal itu dilakukan dengan amat sangat cepat.

Ketika malam tiba Turner sampai di penginapan tempat saudara-saudaranya telah ditipu. Dia meletakkan karung di atas meja di depannya dan mulai berbicara tentang semua hal indah yang telah dilihatnya di dunia. Katanya: “Ada orang yang menemukan meja permintaan yang dapat menghidangkan makanan sendiri, ada juga keledai yang bisa menghasilkan emas. Hal-hal semacam itu memang sangat baik. Namun, bukannya menghina, tetapi semua itu bukan apa-apa dibandingkan dengan harta karun yang telah kumiliki dan kubawa di dalam karungku ini.”

Pemilik penginapan menajamkan telinganya dan mulai memikirkan isi karung tersebut. Pikirnya: “Biasanya karung diisi dengan perhiasan. Jadi, aku harus mendapatkannya juga.” Jadi, ketika tiba waktunya untuk tidur, Turner berbaring di bangku cadangan dan meletakkan karungnya di bawah bantalnya. Ketika pemilik penginapan itu berpikir bahwa tamunya telah tertidur nyenyak, ia pergi mendekatinya, mendorong, dan menarik karungnya dengan sangat lembut dan hati-hati untuk melihat isi karung agar dia dapat menukar isinya dan meletakkannya lagi di tempat semula.

Bagaimanapun juga Turner telah menunggu kesempatan ini untuk waktu yang lama. Karena itu, Turner segera berteriak: “pentungan, keluar dari karung.” Seketika itu juga pentungan kecil memukul-mukul si pemilik penginapan sehingga dia menangis minta ampun. Namun, semakin keras dia menangis, semakin keras pentungan memukul punggungnya hingga pada akhirnya ia jatuh terkapar di lantai.

Kemudian Turner berkata: “Jika kamu tidak mengembalikan meja permintaan dan keledai emas, tarian pentungan ini akan kumulai lagi dari awal.”  “Oh, tidak,” tangis tuan rumah, “saya akan dengan senang hati mengembalikan semuanya, hanya saja masukkanlah pentungan terkutuk itu kembali ke dalam karung.” Maka Turner berkata: “Saya akan melepaskanmu karena rasa belas kasih, tetapi janganlah melakukan hal semacam itu lagi.” Lantas dia berteriak: “pentungan, masuklah ke dalam karung.” Lalu Turner beristirahat tanpa diganggu lagi.

Keesokan paginya Turner pergi ke rumah ayahnya dengan membawa meja permintaan, keledai emas, dan pentungan dalam karung. Tailor bersukacita ketika melihatnya lagi dan bertanya juga: “Apa yang telah kamu pelajari di luar sana?” Jawabnya: “Ayah, aku telah menjadi tukang bubut.” Kata sang ayah: “Ini sebuah keterampilan yang bagus. Lalu apa yang telah kamu bawa kembali dari perjalananmu?”

Dongeng Pentungan di Dalam Karung
Jawab anaknya: “Suatu hal yang berharga, ayah sayang. Sebuah pentungan di dalam karung.”
“Apa!?”, teriak sang ayah. “Itu pasti merepotkan.”
“Dari setiap pohon ayah dapat membuatnya sendiri tetapi ini tidak seperti itu, ayah sayang. Jika aku mengatakan ‘pentungan, keluar dari karung’, maka pentungan akan keluar dan memukul orang tanpa henti sampai ia berada di tanah dan memohon ampun. Lihatlah, dengan pentungan ini aku telah menyelamatkan meja permintaan Joiner dan keledai emas Miller yang telah diam-diam ditukar oleh pemilik penginapan. Sekarang biarkan mereka berdua datang kemari dan marilah kita undang semua kerabat kita. Aku akan memberi mereka makan dan minum, dan akan mengisi karung mereka dengan emas.”

Meskipun penjahit tua telah kehilangan kepercayaan diri, dia tetap memanggil semua kerabatnya. Kemudian Turner menggelar kain di dalam ruangan dan memimpin keledai emasnya. Lalu dia berkata kepada Miller: “Sekarang, saudaraku, berbicaralah dengannya.” Kakak keduanya mengatakan ‘abrakadabra’ dan hujan kepingan emas pun terjadi. Keledai itu pun tidak berhenti sampai mereka semua mengambil amat banyak dan tidak bisa lagi membawa lebih banyak.

Kemudian Turner mengambil meja kecil dan berkata: “Sekarang, giliran Joiner yang berbicara dengan benda ini.” Kakak pertamanya segera berkata: “Meja, menatalah sendiri.” Lantas meja itu pun segera dipenuhi berbagai makanan lezat sehingga semua orang dapat makan hingga puas dan hal semacam ini belum pernah terjadi di rumah penjahit. Seluruh kerabat pun tinggal bersama-sama di rumah ini sampai larut malam dan semua bergembira. Tailor pun menyimpan semua jarum dan benangnya di dalam lemari. Selanjutnya dia tinggal bersama ketiga putranya dalam sukacita dan kemegahan.

Sementara itu kambing jahat yang telah membuat penjahit mengusir ketiga anaknya merasa malu karena saat diusir kepalanya telah dibotaki. Oleh karena itu, dia berlari ke lubang rubah dan merayap ke dalamnya. Ketika rubah pulang, ia melihat ada dua mata besar yang bersinar dari dalam kegelapan sehingga rubah ketakutan dan melarikan diri.

Lalu seekor beruang bertemu dengan rubah tersebut dan bertanya: “Apa yang terjadi denganmu, saudara rubah? Mengapa kau terlihat seperti itu?” Jawab rubah: “Ah, ada binatang sengit di dalam guaku dan dia menatapku dengan mata berapi-api.”
“Aku akan segera mengusirnya keluar”, kata beruang lalu pergi bersamanya ke gua untuk melihat ke dalam. Namun, ketika beruang melihat mata berapi-api itu, rasa takut mencekam dirinya pula dan dia berpikir bahwa dia tidak ada hubungannya dengan binatang marah tersebut sehingga buru-buru pergi.

Ketika itu si beruang bertemu dengan lebah. Saat lebah melihat ketakutan yang terpancar dari wajah si beruang, dia berkata: “Wajahmu terlihat sangat menyedihkan. Apa yang telah menghapus semua keceriaanmu?” Jawab beruang: “Mudah saja kamu bicara begitu karena kamu belum melihat tatapan mata berapi-api yang ada di dalam rumah rubah dan kita tidak bisa mengusirnya keluar.”

Lebah berkata: “Aduh beruang, aku kasihan padamu. Aku makhluk yang lemah ini tidak akan bisa melihatnya, tetapi aku yakin aku dapat membantumu.” Maka, lebah terbang ke gua rubah lalu menyengat bagian kepala kambing yang telah botak dengan amat keras sehingga kambing segera melompat sambil menangis ‘Mbek... Mbek...’ Kemudian kambing itu berlari keluar seakan gila dan hingga kini tidak ada yang mengetahui keberadaannya.

Tags: The Wishing - Table, The Gold-Ass, and The Cudgel at Sack, Pentungan di Karung

0 komentar:

Post a Comment