Dari dongeng bahasa Inggris Grimm
Bersaudara: “The Wishing - Table, The Gold-Ass, and The Cudgel at Sack”.
Kisah sebelumnya: Keledai
Emas Miller
Semenjak diusir ayahnya Turner
magang sebagai tukang bubut dan dia belajar paling lama daripada kedua
kakaknya. Sebelum Turner pulang ke rumah saudara-saudaranya telah mengirimkan
surat kepadanya tentang pemilik penginapan yang menipu mereka dengan mengambil
hadiah terindah mereka pada malam terakhir sebelum mereka sampai di rumah. Dengan
demikian, Turner perlu lebih berhati-hati bila menginap di tempat itu.
Ketika telah tiba waktunya
pergi, majikan Turner juga memberinya sebuah hadiah. Dia diberi sebuah karung dan
sebuah pentungan di dalam karung tersebut. Kata Turner: “Aku bisa membawa karung tetapi mengapa
harus ada pentungan di dalamnya? Ini hanya membuatnya berat.”
Jawab bosnya: “Aku akan memberitahumu. Jika seseorang
telah melakukan sesuatu untuk melukaimu, katakanlah ‘pentungan, keluar dari
karung’. Maka, pentungan ini akan melompat keluar di depan orang itu dan segera
memukul punggungnya sehingga dia tidak akan mampu bergerak selama seminggu. Pentungan
ini juga tidak akan meninggalkan orang itu sampai kamu mengatakan ‘pentungan,
masuklah ke dalam karung.”
Turner pun mengucapkan terima
kasih kepadanya, menempatkan karung di punggungnya, dan ketika ada orang-orang yang
datang terlalu dekat dengannya untuk menyerangnya, dia berkata: “pentungan, keluar
dari karung.” Maka, pentungannya langsung melompat keluar dan melucuti
mantel atau jaket dari punggung mereka satu demi satu dan pentungan itu tidak
berhenti sampai berhasil melucuti mereka semua. Bahkan, hal itu dilakukan dengan
amat sangat cepat.
Ketika malam tiba Turner
sampai di penginapan tempat saudara-saudaranya telah ditipu. Dia meletakkan karung
di atas meja di depannya dan mulai berbicara tentang semua hal indah yang telah
dilihatnya di dunia. Katanya: “Ada orang yang menemukan meja permintaan yang dapat
menghidangkan makanan sendiri, ada juga keledai yang bisa menghasilkan emas. Hal-hal
semacam itu memang sangat baik. Namun, bukannya menghina, tetapi semua itu bukan
apa-apa dibandingkan dengan harta karun yang telah kumiliki dan kubawa di dalam
karungku ini.”
Pemilik penginapan menajamkan
telinganya dan mulai memikirkan isi karung tersebut. Pikirnya: “Biasanya karung diisi dengan perhiasan. Jadi,
aku harus mendapatkannya juga.” Jadi, ketika tiba waktunya untuk tidur, Turner
berbaring di bangku cadangan dan meletakkan karungnya di bawah bantalnya.
Ketika pemilik penginapan itu berpikir bahwa tamunya telah tertidur nyenyak, ia
pergi mendekatinya, mendorong, dan menarik karungnya dengan sangat lembut dan
hati-hati untuk melihat isi karung agar dia dapat menukar isinya dan
meletakkannya lagi di tempat semula.
Bagaimanapun juga Turner telah
menunggu kesempatan ini untuk waktu yang lama. Karena itu, Turner segera
berteriak: “pentungan,
keluar dari karung.” Seketika itu juga pentungan kecil memukul-mukul
si pemilik penginapan sehingga dia menangis minta ampun. Namun, semakin keras
dia menangis, semakin keras pentungan memukul punggungnya hingga pada akhirnya
ia jatuh terkapar di lantai.
Kemudian Turner berkata: “Jika kamu tidak
mengembalikan meja permintaan dan keledai emas, tarian pentungan ini akan
kumulai lagi dari awal.” “Oh, tidak,” tangis tuan rumah, “saya akan dengan senang hati mengembalikan
semuanya, hanya saja masukkanlah pentungan terkutuk itu kembali ke dalam karung.”
Maka Turner berkata: “Saya akan melepaskanmu karena rasa belas kasih, tetapi
janganlah melakukan hal semacam itu lagi.” Lantas dia berteriak: “pentungan, masuklah ke dalam karung.” Lalu Turner
beristirahat tanpa diganggu lagi.
Keesokan paginya Turner pergi
ke rumah ayahnya dengan membawa meja permintaan, keledai emas, dan pentungan
dalam karung. Tailor bersukacita ketika melihatnya lagi dan bertanya juga: “Apa yang telah kamu
pelajari di luar sana?” Jawabnya:
“Ayah, aku telah menjadi tukang bubut.”
Kata sang ayah: “Ini
sebuah keterampilan yang bagus. Lalu apa yang telah kamu bawa kembali dari perjalananmu?”
Jawab anaknya: “Suatu hal yang
berharga, ayah sayang. Sebuah pentungan di dalam karung.”
“Apa!?”,
teriak sang ayah. “Itu pasti merepotkan.”
“Dari setiap pohon ayah dapat membuatnya
sendiri tetapi ini tidak seperti itu, ayah sayang. Jika aku mengatakan ‘pentungan,
keluar dari karung’, maka pentungan akan keluar dan memukul orang tanpa henti sampai
ia berada di tanah dan memohon ampun. Lihatlah, dengan pentungan ini aku telah
menyelamatkan meja permintaan Joiner dan keledai emas Miller yang telah
diam-diam ditukar oleh pemilik penginapan. Sekarang biarkan mereka berdua datang
kemari dan marilah kita undang semua kerabat kita. Aku akan memberi mereka
makan dan minum, dan akan mengisi karung mereka dengan emas.”
Meskipun penjahit tua telah
kehilangan kepercayaan diri, dia tetap memanggil semua kerabatnya. Kemudian Turner
menggelar kain di dalam ruangan dan memimpin keledai emasnya. Lalu dia berkata
kepada Miller: “Sekarang,
saudaraku, berbicaralah dengannya.” Kakak keduanya mengatakan ‘abrakadabra’
dan hujan kepingan emas pun terjadi. Keledai itu pun tidak berhenti sampai mereka
semua mengambil amat banyak dan tidak bisa lagi membawa lebih banyak.
Kemudian Turner mengambil meja
kecil dan berkata: “Sekarang, giliran Joiner yang berbicara dengan benda ini.”
Kakak pertamanya segera berkata: “Meja,
menatalah sendiri.” Lantas meja itu pun segera dipenuhi berbagai
makanan lezat sehingga semua orang dapat makan hingga puas dan hal semacam ini belum
pernah terjadi di rumah penjahit. Seluruh kerabat pun tinggal bersama-sama di
rumah ini sampai larut malam dan semua bergembira. Tailor pun menyimpan semua jarum
dan benangnya di dalam lemari. Selanjutnya dia tinggal bersama ketiga putranya
dalam sukacita dan kemegahan.
Sementara itu kambing jahat
yang telah membuat penjahit mengusir ketiga anaknya merasa malu karena saat
diusir kepalanya telah dibotaki. Oleh karena itu, dia berlari ke lubang rubah
dan merayap ke dalamnya. Ketika rubah pulang, ia melihat ada dua mata besar
yang bersinar dari dalam kegelapan sehingga rubah ketakutan dan melarikan diri.
Lalu seekor beruang bertemu
dengan rubah tersebut dan bertanya: “Apa
yang terjadi denganmu, saudara rubah? Mengapa kau terlihat seperti itu?” Jawab
rubah: “Ah, ada binatang sengit di dalam
guaku dan dia menatapku dengan mata berapi-api.”
“Aku akan segera mengusirnya keluar”, kata beruang lalu pergi
bersamanya ke gua untuk melihat ke dalam. Namun, ketika beruang melihat mata
berapi-api itu, rasa takut mencekam dirinya pula dan dia berpikir bahwa dia tidak
ada hubungannya dengan binatang marah tersebut sehingga buru-buru pergi.
Ketika itu si beruang bertemu
dengan lebah. Saat lebah melihat ketakutan yang terpancar dari wajah si beruang,
dia berkata: “Wajahmu terlihat sangat
menyedihkan. Apa yang telah menghapus semua keceriaanmu?” Jawab beruang: “Mudah saja kamu bicara begitu karena kamu
belum melihat tatapan mata berapi-api yang ada di dalam rumah rubah dan kita
tidak bisa mengusirnya keluar.”
Lebah berkata: “Aduh beruang, aku kasihan padamu. Aku makhluk
yang lemah ini tidak akan bisa melihatnya, tetapi aku yakin aku dapat membantumu.”
Maka, lebah terbang ke gua rubah lalu menyengat bagian kepala kambing yang
telah botak dengan amat keras sehingga kambing segera melompat sambil menangis ‘Mbek... Mbek...’ Kemudian kambing itu
berlari keluar seakan gila dan hingga kini tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
Tags: The Wishing -
Table, The Gold-Ass, and The Cudgel at Sack, Pentungan di Karung
0 komentar:
Post a Comment