Ada seorang lanjut usia yang tinggal
di Swiss. Dia hanya memiliki anak laki-laki tunggal bernama Toni tetapi anak
itu bodoh dan tidak bisa belajar apa pun. Lalu kata ayahnya: “Dengar Toni,
cobalah sepertiku untuk bisa mengingat sesuatu di dalam kepalamu. Oleh karena
itu, aku akan membawamu kepada seorang guru besar yang akan melihat apa yang
dapat dilakukannya untukmu.” Toni pun dikirim ke sebuah kota yang
asing dan menghabiskan waktunya bersama guru besar tersebut selama setahun.
Pada akhir tahun dia kembali
pulang ke rumah lagi dan ayahnya bertanya: “Sekarang, anakku, apa yang telah kamu pelajari?” “Pak, aku telah belajar memahami perkataan anjing ketika
mereka menyalak.” Ayahnya langsung menangis sambil berkata: “Tuhan
kasihanilah kami. Hanya itu saja yang telah kamu pelajari. Aku akan mengirimkanmu
ke kota lain untuk belajar pada guru besar lain.”
Pemuda itu pun dibawa ke sana
dan tinggal setahun lagi dengan guru besar lain. Ketika ia kembali pulang, sang
ayah bertanya lagi: “Anakku, apa yang telah Anda pelajari?” Toni
menjawab: “Ayah,
aku telah belajar memahami perkataan burung.” Kemudian sang ayah menjadi
marah dan berkata: “Oh, kamu pria malang, kamu telah menghabiskan waktu yang
berharga dan tidak belajar apa-apa. Apa kamu tidak malu muncul di depanku? Aku
akan mengirimkanmu ke guru besar ketiga tetapi jika kali ini kamu tidak belajar
apa pun, kamu bukan lagi anakku.”
Lantas Toni tinggal bersama
guru besar ketiga selama setahun pula. Ketika dia pulang lagi, ayahnya kembali bertanya:
“Anakku, apa
yang telah kamu pelajari?” Dia menjawab: “Ayahku sayang, tahun ini aku belajar memahami
celoteh katak.” Kemudian sang ayah menjadi amat sangat marah dan melompat
berdiri. Lalu segera memanggil beberapa pegawainya dan berkata: “Pria ini bukan
lagi anakku, aku telah membuangnya. Kalian harus membawanya ke hutan dan
membunuhnya di sana.”
Para pegawainya langsung membawa
Toni keluar. Namun, ketika mereka harus membunuhnya, mereka tidak bisa
melakukannya karena kasihan sehingga mereka membiarkannya pergi. Lalu mereka
memotong mata dan lidah rusa untuk ditunjukkan kepada ayah Toni sebagai barang
bukti.
Toni berjalan tak tentu arah
hingga akhirnya tiba di sebuah kastil lalu ia memohon untuk menginap di sana
semalam. Kata penguasa kastil: “Jika kamu mau melewati satu malam di menara tua, pergilah
ke sana. Namun, aku perlu memperingatkanmu. Tempat itu berbahaya bagi hidupmu
karena di sana penuh dengan anjing liar yang menyalak dan menggongong tanpa henti.
Pada jam-jam tertentu seseorang harus diberikan kepada mereka untuk dilahap
sekaligus. Seluruh kabupaten hidup dalam kesedihan dan kecemasan karena anjing-anjing
tersebut dan belum ada yang bisa menghentikan ini.”
Tanpa rasa takut Toni berkata:
“Biarkan aku
pergi ke tempat anjing liar itu dan berikan sesuatu yang bisa kulempar pada
mereka. Dengan demikian, mereka tidak akan melakukan apa pun untuk menyakitiku.”
Karena Toni sendiri tidak
keberatan pergi ke sana, penguasa kastil pun memberinya makanan untuk binatang
liar dan segera mengantar Toni ke menara tua. Ketika Toni masuk ke dalam,
anjing-anjing liar tersebut tidak menggonggong padanya tetapi hanya menggoyang-goyangkan
ekornya dengan tenang di sekelilingnya. Lalu anjing-anjing tersebut makan
sesuatu yang diberikan Toni di hadapan mereka dan tidak melukai Toni sedikit
pun. Bahkan, sehelai rambut kepalanya juga tidak disentuh oleh anjing-anjing
itu.
Tags: cerita dongeng anak, cerita
fiksi anak, kisah fiksi anak, dongeng tiga bahasa, dongeng anak sebelum tidur,
dongeng bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia, three languages
0 komentar:
Post a Comment