Cerita Fiksi Pertama: Ibu Baptis Bayi Peri
Ada seorang
gadis miskin yang bekerja sebagai pelayan. Dia amat rajin dan suka kebersihan.
Dia menyapu rumah majikannya setiap hari dan mengosongkan tempat sampah dengan
menumpuknya di depan pintu. Suatu pagi ketika dia akan kembali bekerja,
dia menemukan sebuah surat di tumpukan sampah tersebut. Karena tidak bisa
membaca, dia meletakkan sapunya di pojok pintu, dan menunjukkan surat itu
kepada majikannya.
Ternyata surat itu adalah
undangan dari seorang peri yang meminta gadis itu untuk menjadi ibu baptis bagi
anak mereka. Gadis itu sulit mengambil keputusan dan sangat bingung mengenai
keputusan yang harus diambil. Namun, setelah dibujuk panjang lebar dan
majikannya juga mengatakan bahwa tidak baik menolak undangan semacam ini, dia pun
setuju untuk menerima undangan ini.
Kemudian
tiga peri datang dan mengantarnya ke suatu cekungan gunung yang merupakan
tempat tingal para peri kecil. Segala sesuatu di sini serba kecil tetapi lebih
indah dan rapi daripada yang dapat dijelaskan. Bayinya berbaring di
tempat tidur dari kayu eboni hitam yang dihiasi dengan mutiara dan ditutupi
selimut yang disulam dengan emas. Ayunan bayinya terbuat dari gading dan tempat
mandinya terbuat dari emas.
Gadis itu pun berdiri di sini sebagai
ibu baptis lalu ingin pulang ke rumah lagi. Namun, peri kecil segera memohonnya
untuk tinggal bersama mereka selama tiga hari. Maka, dia tinggal di rumah peri
kecil dan melewati masa-masa yang penuh kesenangan dan kegembiraan. Para peri
kecil pun melakukan semua yang mereka bisa untuk membuat gadis itu bahagia.
Tiga hari kemudian dia bersiap
untuk menempuh perjalanan pulang. Namun, pertama-tama para peri mengisi sakunya
hingga penuh uang. Setelah itu mereka memimpinnya keluar dari gunung lagi. Ketika
gadis itu sampai di rumah majikannya, dia mau memulai pekerjaannya lagi sehingga
dia segera mengambil sapu yang masih berdiri di pojok pintu dan mulai menyapu.
Tak lama kemudian beberapa orang
asing keluar dari rumah itu dan menanyakan siapa dirinya dan ada urusan apa. Gadis
itu kebingungan karena dia berpikir bahwa dia hanya tiga hari tinggal di gunung
bersama para peri. Namun, ternyata dia telah meninggalkan dunia manusia selama
tujuh tahun dan sementara itu mantan majikannya telah meninggal.
Cerita Fiksi Kedua: Keusilan Peri Jahil
Ada seorang ibu yang bayinya telah
diambil dari dalam ayunannya oleh peri jahil. Lalu sesosok mahkluk berkepala
besar dengan mata melotot berbaring di ayunan bayi itu dengan tidak melakukan
apapun selain makan dan minum. Karena masalah ini, ibu itu pergi ke tetangganya
dan meminta saran.
Tetangganya mengatakan bahwa
dia harus membawa makhluk itu ke dalam dapur dan meletakkannya di dekat
perapian. Lalu ibu itu harus menyalakan api, dan mendidihkan air dalam cangkang
kerang. Hal tersebut akan membuat makhluk itu tertawa. Jika dia tertawa, semua
masalah ini akan berakhir.
Lalu wanita itu segera melakukan
segala sesuatu yang dikatakan tetangganya. Ketika dia meletakkan air di dalam cangkang
kerang di atas api, makhluk itu berkata: “Aku
telah lama tinggal di hutan sebelah
Barat sebagai yang paling tua tetapi sebelumnya aku tidak pernah melihat orang merebus
sesuatu dalam cangkang kerang.” Kemudian makhluk itu mulai menertawakan hal
tersebut. Selagi dia tertawa, tiba-tiba datanglah sejumlah peri kecil yang mengembalikan
anak ibu itu, meletakkannya di dekat perapian, dan mengambil kembali makhluk
itu bersama mereka.
Tags: the elves (two stories),
orang-orang kerdil, cerita fiksi anak, kisah dongeng peri, dongeng grimm
bersaudara, brother grimm’s fairy tales
0 komentar:
Post a Comment