Ada seorang peternak yang
membawa sapi betinanya ke pasar untuk dijual dengan harga tujuh juta rupiah. Dalam
perjalanan pulang ke rumah dia harus melewati sebuah kolam dan dari jarak yang
cukup jauh dia telah mendengar teriakan kodok: “aik, aik, aik, aik.” Kata
peternak pada dirinya sendiri: “mereka
sedang mengatakan hal-hal yang tidak berarti, aku telah menerima tujuh juta
rupiah dan bukan delapan juta rupiah.”
Ketika dia telah semakin dekat
dengan kolam, dia berteriak: “Kamu adalah
binatang dungu. Tidakkah kamu mengetahui lebih baik daripada itu. Ini tujuh
juta rupiah dan bukan delapan juta rupiah.” Bagaimanapun juga kodok tetap
berkata: “aik
aik, aik, aik.” “Oke, kemarilah, jika kamu tidak
mempercayainya, aku dapat menghitungkannya untukmu.” Lalu peternak itu mengeluarkan
uangnya dari dalam saku dan mulai menghitung tujuh juta rupiah. Namun, kodok
tidak menaruh perhatian kepada perhitungannya dan tetap berteriak: “aik, aik, aik,
aik.”
Peternak menjadi marah: “Apa! Jika kamu mengetahui lebih baik
daripada aku, hitunglah sendiri.” Kemudian dia melemparkan semua uangnya kepada
kodok-kodok di dalam air. Lantas ia diam tidak bergerak, menunggu sampai mereka
jemu dan mengembalikan uang-uang tersebut kepadanya. Namun, kodok tetap
mempertahankan pendapatnya dan terus menerus berteriak: “aik, aik, aik, aik.” Di samping itu, kodok tidak mengembalikan
uangnya lagi. Jadi, peternak itu menunggu lama sekali sampai malam tiba dan ia terpaksa
pulang.
Lalu peternak menyalahkan
kodok dan berteriak: “Kamu penyelam ulung,
berkepala tebal, mempunyai mata yang terbelalak lebar, bermulut besar, dan
suaramu melengking tinggi hingga dapat melukai seseorang yang mendengarnya,
tetapi kamu tidak dapat menghitung tujuh juta rupiah. Apa kamu pikir aku akan
tetap berdiri di sini sampai kamu dapat menghitungnya?” Setelah marah-marah
peternak pulang ke rumah dengan kesal tetapi kodok-kodok tetap berteriak: “aik, aik, aik,
aik.”
Setelah
beberapa waktu peternak membeli sapi lain untuk disembelih dan dia membuat
perhitungan, yaitu jika dia menjual daging sapi, dia bisa memperoleh keuntungan
senilai dua ekor sapi dan juga mempunyai kulit sapi untuk ditawarkan. Oleh
karena itu, dia pergi ke kota dengan membawa daging sapi. Namun, di depan
gerbang kota telah berkumpul bersama sekelompok anjing besar yang salah satunya
langsung melompat ke arah daging tersebut, mengendus baunya, dan menyalak: “guk, guk, guk.”
Seperti
tak ada yang bisa menghalanginya, peternak berkata kepada anjing itu: “ya, ya, aku cukup mengetahui dengan baik
bahwa kamu mengatakan guk, guk, guk karena kamu ingin beberapa potong daging
tetapi aku akan memberikannya padamu secara baik-baik dengan beberapa syarat.”
Anjing itu tidak mengatakan apapun selain guk, guk. Peternak pun bertanya: “Apakah kamu mau berjanji untuk tidak
melahap semuanya dan tidak akan membaginya dengan kawananmu?” “Guk, guk,”
kata anjing itu.
“Oke, jika kamu meminta dengan tegas, aku
akan memberikannya padamu. Aku mengetahui dengan baik siapa majikanmu tetapi
aku harus memberitahumu. Aku harus mendapatkan uangku dalam waktu tiga hari
atau daging itu akan membusuk bersamamu. Kamu harus menjualkannya untukku.” Setelah itu peternak mengeluarkan semua dagingnya dan
kembali pulang. Anjing-anjing segera menyerbu daging tersebut dan menyalak
dengan nyaring: “guk, guk,
guk.”
Si
peternak mendengar salakan anjing-anjing itu dari jauh dan berkata kepada
dirinya sendiri: “Dengar, sekarang mereka
ingin beberapa bagian tetapi bagian terbesar adalah mempertanggung-jawabkannya
kepadaku.”
Kisah Selanjutnya: Penawaran
Bagus yang Merugikan Peternak Sederhana
Tags: Good Bargain, dongeng bahasa
Inggris dalam bahasa Indonesia, dongeng anak sebelum tidur, cerita fiksi anak,
kisah lucu, dongeng Grimm bersaudara
0 komentar:
Post a Comment